Label

Sabtu, 19 Februari 2011

Mahabharat obat harapan -review egois ala gadis labil-

Ini untuk generasiku yang seangkatanku yang semasaku dan yang seperjuangan denganku.

Ini karena saya baru menyadarinya sekarang, kisah itu sempat terpandang sebelah mata, tertutup oleh yang ala "Barat". Ini tentang sebuah epos. Untuk beberapa orang mungkin ini adalah sebuah karya sastra. Untuk saya ini lebih serupa dengan Al Hadist yang mendampingi kitab di Islam atau versi Al Quran yang lebih mudah dipahami.

Ini adalah MAHABHARATA, epos besar dalam sejarah manusia.


Terkisahkan secara konvensional menurut saya, dengan pendiskreditan label protagonis dan antagonis. Tergambarkan lewat trah Pandawa dan Kurawa anak Pandu dan Destarata. Sekonvensional film-film Hollywood mungkin. Tapi, semanusiawi kehidupan ini.

Begawan Wiyasa terlalu cakap untuk saya, karena caranya menunjukkan bahwa tak ada yang mutlak di dunia. Meskipun kau -siapapun- secara semena-mena mendiktekan siapa yang "jahat" dan siapa yang "baik", kau -siapapun- tak sedikitpun memiliki hak untuk memutuskan itu. Kisah ini dengan sangat bijaksana menggambarkan bagaimana manusiawinya manusia, lebih tepatnya ciptaan yang Kuasa.

Katakanlah Bimasena yang cakap dan paling sekti mandraguna dalam perang, nyatanya terkadang terlihat barbar dan tak punya otak. Katakanlah Yudhistira yang sederhana, baik budinya, banyak dharma, dan sabar, paling suka bermain dadu -judi- sampai negeri dan istrinya ia jadikan taruhan. Bahkan katakanlah Duryudana, biang dari segala masalah, dikuasai amarah dan kedengkian, mangkir dari sumpah satria, adalah seorang yang teguh pikiran dan sangat menyayangi saudaranya. Karena manusia hanyalah manusia, yang tidak bisa digambarkan hanya dalam satu kata.

Ini kisah di mana -saya percaya- kita semua dapat belajar tentang dharma dan budi pekerti yang sepatutnya memanusiakan manusia. Membangun harapan yang sedang kita butuhkan saat ini. Penggambaran keadaan dunia yang sama dari masa ke masa. Ini kisah adalah gambaran keadaan dunia kita saat ini.
Entahlah, sampai saat ini saya belum menemukan kekurangan dari kisah ini. Satu kekurangannya mungkin tentang kisah yang simpang siur dan banyak versinya ini terkadang jadi membingungkan -meskipun pada intinya sama-. Yang jelas, saya katakan pada siapapun anda, kisah ini adalah penggambaran dan contoh nyata pandangan filosofis ala "Timur". Jadi saya tekankan di sini adalah, ini adalah pandangan filosofis ala "Timur" yang patut anda jadikan pertimbangan atau sekedar literatur. Setidaknya, jika memang dunia ini terbelah menjadi "Barat" dan "Timur", Mahabharata menjadi salah satu contoh kekayaan orang "Timur".

Saya tidak akan menceritakan atau merangkum buku ini untuk siapapun Anda, karena ini hanya sedikit review egois yang saya buat setelah berkali-kali membaca Mahabharata karya C. Rajaghopalacari. Yang pasti, untuk generasiku, saya berharap karya sastra ini juga dapat menginspirasi kalian untuk tetap belajar. Belajar untuk maju, untuk jadi lebih baik, untuk ciptakan masa yang sepatutnya "manusiawi", meski negeri yang damai dan sejahtera seakan hanyalah utopis semata.


*untuk sinopsis Mahabharata


Tidak ada komentar:

Posting Komentar