Label

Sabtu, 15 Juni 2013

Curus #10 : Udah! Pokoknya Saya Pengen Jadi Bocah Sampai Besok-Besok!

dari mana ya? sebentar, saya tidak pintar melakukannya dengan sistematis...
---------------------

oya, akhir-akhir ini saya jadi sering ingat soal "kata orang" yang sifatnya "katanya-katanya",

Segelintir orang percaya pada jargon "menua itu pasti, dewasa itu pilihan", atau "i don't wanna grow up". Bisa jadi, itu sebagai penolakan pada problem yang kerap ditemui kaum yang sering kita labeli sebagai "dewasa". Padahal kita sendiri belum selesai dengan perintah "dewasalah" yang deskripsinya masih abstrak, tidak jelas. Kadang orang akan mencibir "udah besar kok masih liat kartun, dewasalah!" Kalau egois saya sih, apa hubungannnya dewasa dengan kartun, kamu mengigau ya?


Sebenarnya mewujudkan jargon tadi itu sederhana, kalau dibayangkan saja. Kan tinggal lupa bagaimana bersikap tua dan "dewasa". Tapi, badala, saya tiba-tiba harus meralat angan-angan tadi. Kesimpulan dininya, menua tanpa terpaksa jadi "dewasa" itu yaampun, y a a m p u n. Jadi lumrah saja saat teman saya mulai menjauh dan merasa punya privasi dengan tidak banyak cerita soal hidupnya. Y itu haknya sih. Padahal saya tulus cuma ingin tau kabarnya dan mendengar keluh kesah. Bukankah berbagi itu bagai membagi beban meski cuma pura-puranya? Tapi ternyata saya jadi paham saat punya beban yang ingin dibagi tapi tidak tega menambah beban orang lain dengan beban saya, jadi ya saya diam saja. Lantas semua itu terlihat seperti parodi yang aneh dari kejauhan. Kita menua ingin "dewasa" dan lupa punya tetangga, kepercayaannya memudar tak karuan. Keputusan tidak bijak, menurut hemat saya, mempertaruhkan liver untuk sesuatu yang susahnya dibikin sendiri. Tapi sekali lagi, inilah keadaan. Semua orang menyeragami dirinya dan menekan pemain baru. Eits, hati-hati masyarakat ingin kamu menjadi seragam dengan mereka secara pemikiran dan adat-istiadat. Hidup di antara batu kamu harus bisa menjadi batu. 

Tapi sayangnya, saya satu dari banyak penganut kepercayaan dari jargon tadi. Mati itu pasti, hidup juga hanya sekali, kenapa tidak jadi "anak-anak", atau minimal "remaja" sampai suatu hari nanti dijemput mati? Mau cari apa sih hidup? Membebani hidup dengan macam rupa sampai lupa bagaimana caranya memenuhi kebutusan dasar atau bahkan lupa caranya berbagi. Halah.
Kalu Anda ya monggo terserah

Kalau saya pengen seperti ini sih....



Salam Olahraga!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar