Label

Senin, 23 Mei 2011

CURUS (Curhat Nggerus) #1

Wuih, sudah cukup lama, mengingat sudah sebulan lamanya saya tak lagi mengisi ruang hampa ini.

Oke, sebut saja saya sedang melacur (*melakukan curahan hati) di sini. Masih saja layar kaca digital ini tak meminta kompromi karena sering saya keluh kesahi dan semoga ia tak pernah berdiplomasi untuk meminta imbalan atas itu. Kalau iya pasti sangat mengerikan, berbicara dengan layar komputer, uhuy.

Akhir-akhir ini sungguh situasi yang dilematis, karena beberapa hal yang dengan begitu sulitnya saya terima. Ternyata saya masih belum dapat berdamai dengan keadaan. Entah karena saya yang terlalu keras kepala atau memang situasi yang benar-benar so hell -udah "benar-benar" tambahi "so" lagi, kebangetan-.


Mau cerita dari mana ya? Saya sendiri juga bingung hahaha. Okelah, sebenarnya nggak perlu menceritakan apa problema saya sekarang karena itu sangat nggak penting. Ada sesuatu secara general yang ingin saya bagi ketika kita dalam tahap kehilangan semangat akan suatu hal. Ironisnya lagi ketika kita menyadari benar bahwa jalan itu kita yang piilih sendiri namun kenyataannya, fiuh~ sangat berat.

Egoisme yang meluluh lantahkan -ceile bahasanya- segala semangat karena ya beberapa hal yang dilematis. Saat tiba-tiba kita menyadari "ini bukan jalanku, ini jelas bukan hidupku". Ditambah dengan lingkungan yang -maaf- membuat saya harus mengacungkan jari tengah untuk mereka dan situasi yang ada. Oh itu yang saya sedang alami.

Saat orang lain memujimu akan suatu hal dan pada saat yang sama kita berpikir "hey meeen, biasa aja kali, ane aja kagak bangga sama yang situ puja-puja". And yep, damn shit! Itu yang lagi menghantam saya. Bukan itu yang seharusnya kalian puji, bukan! Ketika tak banyak yang bisa saya banggakan dari apa yang selama ini kalian puja. So what's wrong with us? What's wrong with me? Saya punya sesuatu yang lain yang lebih patut untuk dibanggakan. Saya bangga, lalu kenapa kalian malah mencibir yang lebih patut dan malah memuja sesuatu yang nggak penting, lawas banget sih pemikiranmu.

Saya ini juga sudah sangat bersyukur dengan pemberian Tuhan. Merendahkan hati dan berpikiran positif ria bahwa tuhan punya kehendak dibalik semua ini. Tapi toh, keadaannya ngajak ribut terus. 

Oke, hujat saya sebagai pesimis. Silahkan! Shit, tapi apa yang salah sih? Beberapa hari yang lalu saya sempat berbincang ringan juga dengan kakak terjalang -ouch!-. Ternyata dia juga lagi #nggerus tentang hidup. Tapi alhamdulillah kalimatnya menyejukkan pikiran saya, "aku udah terlanjur nyemplung, ya udah sekarang mengoptimalkan apa yang ada. Toh percaya aja nggak ada yang sia-sia ketika kita serius."
Uhuy kalimatnya. 

Mungkin memang sulit untuk berdamai dengan keadaan yang so fakk ditambah dengan perasaan bosan, lalu kehilangan asa. Tak punya bakat atau alat bukanlah sebuah masalah besar, tapi tak punya tekat dan kehabisan semangat, itu baru masalah yang sangat besar. Parah, saat kita kehilangan keduanya, STAGNASI men. Alhamdulillah saya sudah menemukan sedikit dari hidup saya saat ini, tapi tetap tak bisa melepas begitu saja jalan yang sudah terlanjur saya ambil.

Semoga benar adanya, bahwa Tuhan punya rahasia di balik semuanya. Semoga benar adanya ketika tak ada yang sia-sia ketika bersungguh-sungguh menjalaninya. Bersyukur saya masih bertahan dan harus tetap bertahan. Toh kita tak bisa terus hidup di zona nyaman to. Yang jelas saya tidak sedang hidup sebagai orang lain.

I AM WHAT I AM. CHEERS! :)


4 komentar:

  1. kita harus optimis, dengan jalan yang sudah kita ambil, sebagai bentuk self responsibility kita :D Semangkaaaa!!!

    BalasHapus
  2. :shake hand: gerus ya gerus tapi nggak gitu gitu juga kali ya. hihi. :)

    BalasHapus
  3. Ini tentang waktu, semua pasti beres. Percayalah :)

    BalasHapus
  4. sabar nduk, semua pasti ada hikamah nya di balik semua itu :D

    BalasHapus